
Cinta dalam budaya Jawa diungkapkan sebagai laku atau sebuah tindakan yang dilandasi ketulusan, kelembutan, dan keharmonisan. Cinta hadir dalam diam, tumbuh dalam keheningan, dan mengakar dalam batin. Dalam falsafah Jawa, cinta sejati tidak hanya memiliki, tetapi nyawiji yang artinya menyatu rasa tanpa saling mengekang. Bukan sekadar ingin dekat, tapi ngemong dan ngayomi. Bukan hanya melalui kata-kata, tapi tumindak kang ngedohi saka paneraka lan kadonyan.
Gambar dari Bijak Jawa
“Katresnanku marang sliramu. Ora bakal aking kayadene ketiga kang garing. Amarga bening wis nyawiji dadi sawijining ning.”
Artinya: "Cintaku padamu tidak akan layu seperti ranting yang kering. Karena kejernihan (cinta ini) telah menyatu menjadi satu keheningan."
Cinta semacam ini tidak mudah luntur oleh waktu, tidak goyah oleh jarak. Seperti embun yang setia hadir tiap pagi, ia datang membawa kesejukan. Dan seperti filosofi sepi ing pamrih, rame ing gawe, cinta sejati bekerja dalam diam, tanpa pamrih, tapi tetap penuh makna. Dalam budaya Jawa, cinta adalah sastra jiwa. Cinta tidak perlu diumumkan, karena kehadirannya bisa dirasakan dengan halus yaitu dalam tutur, sikap, dan tindak tanduk yang penuh welas asih.
Tunjukkan cintamu pada budaya Jawa lewat busana. Ayo kenakan kaos dari Bijak Jawa! Lihat selengkapnya di www.bijakjawa.id